Fasilitas tersebut merupakan SPBH atau HRS kedua di Indonesia. Namun, untuk Toyota, ini merupakan yang pertama. Foto: (Septian Farhan Nurhuda/detikOto)
Proses pembangunan SPBH atau HRS memerlukan waktu setahun dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, BRIN, Pertamina, PLN dan Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHA). Foto: Doc. TMMIN.
HRS Toyota merupakan fasilitas yang dirancang untuk mengisi ulang kendaraan berbasis hidrogen, seperti forklift, mobil ataupun truk, dengan menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar utama kendaraan yang masuk dalam kategori grey energy. Foto: (Septian Farhan Nurhuda/detikOto)
Namun, Toyota ke depannya akan bertransisi menuju green hydrogen sebagai ultimate goal. Hal itu dicapai melalui proses produksi elektrolisis air menggunakan energi terbarukan. Proses peralihan ini bertahap karena green hydrogen masih memerlukan infrastruktur dan teknologi yang lebih maju, serta investasi yang besar. Foto: Doc. TMMIN.
Toyota mengklaim, hidrogen memiliki potensi besar sebagai sumber energi yang tak hanya ramah lingkungan, melainkan juga elemen teringan dan paling melimpah di alam semesta. Hidrogen bisa ditemukan dengan mudah di air, gas alam, ataupun biomas seperti minyak nabati dan gas metana. Foto: Doc. TMMIN.
Sebagai catatan, Toyota sudah beberapa kali menampilkan mobil hidrogennya, Toyota Mirai di Indonesia. Namun, hingga saat ini, kendaraan tersebut belum dijual secara massal. Foto: Doc. TMMIN.