Menilik Potensi Besar Bensin Campuran Tebu Cs di Indonesia, Ini Hambatannya

3 weeks ago 26

Jakarta -

Pengembangan energi alternatif bioetanol di Indonesia punya potensi besar lantaran sumber dayanya melimpah. Tapi ada sejumlah tantangan supaya bioetanol sebagai bahan bakar terbarukan bisa sukses menekan penggunaan BBM fosil di Tanah Air.

Pemanfaatan bioetanol digadang-gadang bisa mengurangi beban impor minyak. Faktanya terdapat sejumlah hambatan untuk bisa mengembangkan bioetanol di Indonesia.

Pertama, bahan baku atau feedstock bioetanol disebut-sebut lebih banyak diekspor ketimbang dimanfaatkan dalam negeri. Hal ini diungkapkan Izmirta Rachman, Ketua Asosisasi Produsen Spiritus dan Etanol Indonesia (APSENDO). Dia memaparkan penggunaan bioetanol 2024 masih minim, lalu 50 persen bahan baku bioetanol diekspor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam konteks feedstock ini yang menjadi kendala, kita punya potensi di tahun 2024 itu menghasilkan 1,6 juta ton. Kalau ini dijadikan etanol semua, 409 ribu kiloliter siap kita distribusikan, tapi sayang realisasinya baru 373 kiloliter per 2024," kata Rachman dalam talkshow "Carbon Neutrality (CN) Mobility Event" di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (14/2/2025).

"Ini yang saya minta tolong, molasses kita rata-rata 1,6 juta (produksi), dari 2010 sampai 2024 itu sekitar 4,93 persen dari total tebu itu kita siap untuk jadikan etanol," kata Rachman.

"Ini yang jadi masalah. Molasses kita berangkat ke negara lain, diekspor. 2023: 819 ribu atau sekitar 50 persen dari 1,6 juta tadi diekspor. Kenapa? Karena Indonesia tidak membuat tata niaga mengenai molasses yang diprioritaskan untuk hilirisasi," ujar dia.

Dia bilang untuk menjadikan bioetanol berdiri di atas kaki sendiri, pemerintah perlu menyiapkan regulasi untuk pemanfaatan feedstock dalam negeri. Bukan tanpa alasan, sebab tahun 2024 itu baru sekitar 300-an kiloliter bioetanol yang terdistribusi, jadi feedstock bioetanol lebih diminati pasar ekspor.

"Anda bandingkan Thailand, India, mereka mengenakan bea keluar 50 persen. Dan mereka mengenakan Pakistan, mengenai bea keluar. Saatnya Indonesia menggunakan tetes hilirisasi atau domestic market obligation industry, dan kepentingan untuk energi," ungkap Rachman.

Mandatory pemanfaatan bioetanol untuk bahan bakar kendaraan sudah sangat besar di luar negeri. Sedangkan Indonesia baru menargetkan konsumsi campuran bensin dan etanol 10 persen mulai berlaku pada 2029.

Di negeri tetangga, misalnya, Thailand memiliki kebijakan produksi "gasohol", yaitu campuran antara etanol dan gasoline (bensin) untuk bahan bakar kendaraan. Gasohol terdiri dari tiga tahap, yaitu E10 (10% etanol, 90% bensin); E20 (20% etanol, 80% bensin); dan E85 (85% etanol, 15% bensin).

Selain mengutamakan hilirisasi. Indonesia punya potensi besar jika bisa menguasai bioetanol generasi kedua. Khususnya pemanfaatan limbah biomassa lignoselulosa. Namun tantangannya harga enzim untuk proses membuat bioetanol ini dinilai masih mahal.

"Selulosa itu sebenarnya rantai glukosa, yang kemudian bisa dipotong-potong menjadi glukosa dengan enzim," jelasnya Ronny Purwadi, Ahli Proses Konversi Biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB) Ronny Purwadi.

"Enzim ini mahal, dan produsen enzim ini tertentu saja di dunia. Hanya boleh dikatakan 10 jari produsennya, jadi mereka bisa sangat-sangat politis untuk memberikan itu," ungkapnya lagi.

Rachman berharap pemerintah konsisten mendorong pemanfaatan bioetanol. Salah satu bentuknya membuat regulasi pengaturan insentif, harga, dan potensi pengurangan biaya produksi bahan bakar bioetanol.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyebut pihaknya sedang mengusulkan supaya terbit mandatory bioetanol.

"Nanti akan dibuat bagaimana skemanya, tata kelolanya, apakah ada insentifnya. Bagaimana masalah cukai," ungkapnya Eniya.

Rachman mengungkapkan Indonesia saat ini punya potensi kapasitas produksi sebanyak 60 ribu kiloliter per tahun untuk memproduksi bioetanol untuk kepentingan energi.

"Kita lihat ada satu hal yang sangat positif. Kalau kemarin hanya empat yang bisa bikin biofuel. Sekarang nambah satu. Ada anggota kami yang sudah mulai berpikir dia menambah distilasi column, sehingga dia menambahkan, sekarang kapasitas nasionalnya 60 ribu kiloliter, kalau memang diutilisasi kepentingan energi," kata Rachman.


(riar/rgr)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner