Yogyakarta -
Jalan Malioboro, salah satu ikon wisata paling populer di Yogyakarta, menyiapkan wajah barunya. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Perhubungan merencanakan Malioboro sebagai pedestrian sepenuhnya pada 2025.
Ambisi untuk menyulap Malioboro sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor pada 2025 itu dimulai sejak 2020. Rini, perwakilan dari Dinas Perhubungan DIY Subbidang Jogomargo, mengatakan bahwa saat ini program yang berjalan adalah Malioboro semi-pedestrian, yakni setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 21.00 WIB.
"Selama jam tersebut, kendaraan pribadi dilarang melintas di Malioboro. Kendaraan yang diizinkan hanyalah Trans Jogja dan moda transportasi tradisional seperti becak serta andong," kata Rini dalam perbincangan dengan detikTravel, Rabu (20/11/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rini, program ini bertujuan memberikan kenyamanan lebih kepada wisatawan yang ingin menikmati Malioboro dengan berjalan kaki. Langkah itu juga diharapkan dapat mendukung Yogyakarta sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Rini, petugas Dishub Yogyakarta di Malioboro, Yogyakarta (Asti Azhari/detikcom)
"Target kami adalah menjadikan Malioboro kawasan pedestrian penuh pada 2025. Ini akan membuat pengalaman wisatawan di Malioboro semakin unik dan autentik," kata Rini.
Rencana itu bukan tanpa tantangan. Salah satu yang menjadi hambatan adalah kebiasaan masyarakat lokal yang sering menggunakan Malioboro sebagai jalur lintas kendaraan harian. Banyak warga yang merasa terganggu oleh pembatasan kendaraan, terutama bagi mereka yang memiliki keperluan sehari-hari di kawasan tersebut.
"Kami masih melakukan sosialisasi dan himbauan agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dan menggunakan jalur alternatif," ujar Rini.
Selain tantangan dari masyarakat, Rini mengungkapkan, bahwa konsep pedestrian penuh di Malioboro masih dalam tahap pembahasan.
"Hingga kini, konsep dasar kawasan pedestrian penuh belum disepakati secara resmi. Kami merencanakan rapat finalisasi pada akhir tahun ini, sehingga diharapkan semuanya siap menjelang implementasi penuh pada 2025," kata Rini.
Malioboro, Yogyakarta saat bebas kendaraan mulai pukul 18.00. (Asti Azhari/detikcom)
Program ini juga didukung dengan penguatan infrastruktur dan fasilitas bagi pejalan kaki. Penambahan bangku taman, lampu penerangan, serta fasilitas ramah disabilitas telah menjadi prioritas utama. Dinas Perhubungan DIY bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan Malioboro menjadi kawasan yang aman dan nyaman bagi semua kalangan.
Selain itu, moda transportasi alternatif seperti Trans Jogja, becak, dan andong terus didorong untuk mendukung konsep ini.
"Moda transportasi tradisional seperti becak dan andong menjadi ciri khas Yogyakarta. Kami ingin mempertahankan budaya lokal sekaligus mendukung konsep modernisasi kawasan pedestrian," kata Rini.
Meskipun ada beberapa gesekan dengan masyarakat, Rini optimis bahwa program ini akan membawa dampak positif jangka panjang.
"Kami meminta masyarakat untuk lebih bijak menaati peraturan yang ditetapkan. Semua kebijakan ini bertujuan menjadikan Malioboro lebih baik dan nyaman bagi semua orang," ujar Rini.
Bagi wisatawan, langkah ini tentu menjadi kabar baik. Malioboro yang lebih ramah pejalan kaki akan memberikan pengalaman berwisata yang unik.
Dengan suasana yang lebih tenang dan bebas dari hiruk-pikuk kendaraan bermotor, wisatawan dapat menikmati keindahan Malioboro secara lebih mendalam. Jika Anda berencana mengunjungi Yogyakarta, pastikan untuk merasakan Malioboro dalam suasana semi-pedestrian.
Berjalan kaki di sepanjang jalan ini atau menggunakan becak dan andong dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan berkesan. Mari kita nantikan bersama, transformasi Malioboro menuju kawasan pedestrian penuh pada 2025!
(fem/fem)