Jakarta -
Tidak hanya kopi dari roastery ternama atau luar negeri, kopi dari petani lokal juga tampil di World of Coffee Jakarta. Kopi berkualitas terbaik bebas dicicipi.
Daryanto Witarsa, pada konferensi pers di Jakarta Barat (8/5) mengungkapkan hadirkan World of Coffee Jakarta bertujuan untuk mengangkat biji kopi Indonesia. Hal ini sejalan dengan area Producers Village yang dihadirkan di Cendrawasih Hall, Jakarta International Convention Center, Jakarta Pusat.
Para petani dari setiap daerah penghasil kopi di Indonesia benar-benar didatangkan langsung untuk memamerkan kopi mereka. Didukung oleh Bank Indonesia, sebagian dari ratusan sample kopi diboyong ke Jakarta untuk dipamerkan dalam acara yang bergengsi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adalah Mia dan Adi, dari 5758 sekaligus Arabica dan Robusta Q Grader Indonesia, yang mengkurasi contoh-contoh kopi dari petani untuk dibawa ke Jakarta. Proses kurasinya berlangsung panjang, tak hanya rasa tetapi pemeriksaan biji hijau juga dilakukan untuk menentukan kualitasnya.
Di area Producer Village World of Coffee Jakarta, pengunjung bisa puas ikut coffee tasting. Foto: Tim detikfood
Hasil dari kurasi yang dilakukan, laporannya kemudian dikirim ke Bank Indonesia dan para petani untuk rujukan karakter kopi yang dihasilkan. Pada hari ketika World of Coffee Jakarta (17/5) ada 12 jenis biji kopi yang dibawanya, dengan enam biji kopi per sesi yang dipamerkan dan dapat dicicipi dengan puas.
Sesi pertama yang berlangsung pukul 14.00 - 14.45 WIB memamerkan tiga biji kopi arabika dan tiga biji kopi robusta. Ada Destana Karangsari, Mamasa, Posong Gunung Sindoro, Kopi Ndorog Wonogiri, Suku Menanti varietal Sehasen, Mengencak.
Keenam biji kopi tersebut melalui beberapa jenis proses pasca panen yang berbeda. Mulai dari natural, full washed, hingga wet hulled yang merupakan proses pasca panen asli Indonesia.
Tiga jenis kopi arabika, Destana Karangsari, Mamasa, dan Posong Gunung Sindoro memiliki karakter yang berbeda. Destana Karangsari memiliki body yang lebih tebal daripada jenis arabika lainnya dengan jajak rasa masam buah yang muncul secara bergantian dalam rongga mulut.
Adalah Adi dan Mia, Q Grader asal Indonesia juga pemilik 5758 Coffee Lab yang memimpin coffee tasting kopi-kopi lokal. Foto: Tim detikfood
Namun pada Mamasa, rasanya lebih ringan daripada Destana Karangsari. Bodynya sedikit lebih tipis dengan rasa buah mirip lemon yang lebih pekat. Sementara itu Posong Gunung Sindoro menjadi yang paling bersih jejak rasanya di antara tiga jenis arabika lainnya.
Beralih ada tiga jenis kopi robusta, yaitu Kopi Ndorog Wonogiri, Suku Menanti varietal Sehasen dari Bengkulu dan Mengencak dari Lampung. Uniknya, Mia memamerkan kopi robusta dari Indonesia dengan karakter yang tidak biasa.
Jika robusta identik dengan rasa asam, Kopi Ndorog Wonogiri dari Jawa Tengah justru memiliki cecapan rasa yang manis menyerupai rasa manis mirip jambu air. Sementara pada kopi Suku Menanti varietal Sehasen rasanya cenderung lebih mirip kacang dan gandum yang sedikit smokey.
Mengencak merupakan kopi robusta terakhir dari Lampung yang dipamerkan pada sesi pertama. Layaknya kopi Lampung yang kuat, ada sentuhan rasa mirip cokelat dan jejak rasa mirip gula merah pada pangkal lidah saat mencobanya.
(dfl/odi)